.... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H...... Mohon maaf lahir dan batin ....

Senin, 16 April 2012

Unit Pengembangan dan Pelestarian Ayam Nunukan



Ayam NuNukaN
adalah Ras ayam lokal yang dikenal di daerah Nunukan, Tarakan, dan Tawau. Ciri khas ayam ini adalah bulu utama (pluma) sayap dan ekor tidak berkembang atau lambat berkembang, sehingga tampak tidak berekor. Ciri lainnya yang dominan adalah warna bulu yang coklat kemerahan dengan bagian ujung hitam (tipe Columbian). Warna sisik ceker (kaki) kuning atau putih.

Ayam Nunukan baik untuk pedaging dan petelur dengan pertumbuhan 20-30 % lebih cepat dibanding ayam lokal lain. Produksi telur rata-rata lebih tinggi dari pada ayam kampung. Walaupun berdasarkan cerita ayam ini didatangkan oleh imigran dari Tiongkok selatan, ayam Nunukan secara genetik memiliki kemiripan dengan Ras Rhode Island Red, ayam ras yang dikembangkan di Amerika Serikat.



Ciri -cirinya Ayam Nunukan adalah

- Warna bulu merah cerah atau merah kekuningan
- Bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna
- Paruh dan kaki berwarna kuning atau putih kekuningan
- Jengger dan pial merah cerah

- Umur awal bertelur 5,5 - 6 bulan
- Anak berumur 45 hari cenderung berbulu kapas
- Berat badan ayam jantan dewasa 2,6 - 3,8 kg dan betina 2,4 - 2,7 kg
- Produksi telur 120 - 140 butir per tahun dengan bobot 40 - 60 gr/butir


Budidaya
Pemeliharaan ayam Nunukan sebaiknya setiap perbedaan umur dibuat kandang tersendiri, sirkulasi udara lancar (agak terbuka), Cukup sinar mata hari, bersih dan kering. Untuk umur 2 bulan memerlukan kandang Boks penerangan cukup dan suhu 38-40 oC ukuran 25 ekor/m2. Untuk Grower (masa pertumbuhan) kandang berbentuk Lantai dari pasir halus dan kerikil ukuran 10 ekor/m2 dan Dewasa ukuran kandang 5-6 ekor/m2.

Pakannya pada umur 2 bulan membutuhkan 40-50 g/ekor/hari, umur 3-6 bulan 60-70 g/ekor/hari dan dewasa 80-90 g/ekor/hari.




Sumber : http://bakritomaiwa-nusantara.blogspot.com/2011_08_01_archive.html

Kamis, 12 April 2012

Aneka Formula Pakan Alternatif untuk Ayam Nunukan



Sumber : Moh. Sidik Setiyono (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan)

PENINGKATAN PRODUKSI TELUR AYAM NUNUKAN

Peningkatan Produksi Telur
Ayam Nunukan



Oleh Imam S


A. Kesesuaian inovasi/Karakteristik lokasi

Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan masih bersifat tradisional menyebabkan ayam ini mengalami penurunan produktivitas dan mutu genetik karena bercampur dengan ayam buras lainnya. Pada saat ini pemanfaatan sumber daya genetik ayam nunukan sangat penting untuk dilakukan karena bertujuan untuk memperoleh ayam buras unggul yang adaptif, produktif dan sifat-sifat unggul lain.

Produktivitas ayam banyak ditentukan kualitas genetik, pakan dan lingkungan. Salah satu cara awal untuk meningkatan mutu genetik ayam nunukan saat ini adalah dengan cara penerapan program seleksi dan hibridisasi Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Kedepan hasil seleksi ini diharapkan dapat dipergunakan untuk mendapatkan ayam buras jenis baru yang mempunyai sifat-sifat unggul yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, baik sebagai ayam buras penghasil telur maupun penghasil daging.

Selain masalah mutu genetik, masalah pakan memegang peranan dalam peningkatan produktivitas ternak. Biaya terbesar terletak pada pakan yang mencapai 80 % dari semua input produksi. Oleh karena hal tersebut maka perlu adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan bahan baku pakan lokal sebagai pakan alternatif. Usaha-usaha peningkatan produktivitas tersebut akan memberikan hasil yang nyata jika didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik.

B. Keunggulan /Nilai Tambah Inovasi
- Meningkatkan produktivitas ayam seperti produksi telur, berat telur, efisiensi penggunaan pakan.
- Tingkat keseragaman ayam meningkat baik dari sisi produksi maupun performan
- Secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan sebelum dilakukan seleksi.
- Menekan biaya produksi dengan penggunaan pakan alternatif dengan bahan baku pakan lokal

C. Uraian Inovasi

1

Ayam nunukan yang menjelang bertelur diseleksi dengan pengetahuan lokal yang telah berkembang dikalangan masyarakat, seperti jarak antara dua tulang tulang pubis dan jarak dari ujung tulang dada dengan tulang pubis ternyata secara ilmiah dapat dibuktikan dengan adanya nilai korelasi yang tinggi dengan produktivitas ternak ayam buras. Ternak ayam nunukan yang telah memasuki periode bertelur diseleksi dengan berpedoman pada 10 parameter bagian tubuh ayam yaitu : 1) kaki kecil dan pendek, 2) tulang pubis lebih dari dua jari, 3) tubuh elastis, 4) ekor mengipas, dibagian tunggir tumbuh bulu yang merata, 5) punggung rata dari mulai ujung leher sampai kloaka, 6) Paruh pendek dan kecil, 7) mata cerah, 8) pial merah, 9) jarak capit udang berkisar 4 jari, 10) bulu mengkilat.

2

Ayam betina ditempatkan dalam kandang bateray secara individual untuk mempermudah pengamatan produksi telurnya selama 3 bulan. Pengamatan meliputi konsumsi pakan, produksi telur, berat telur, konversi pakan.

3

Selanjutnya diambil 25 % dari jumlah induk yang dipelihara yang mempunyai produksi telur tinggi. Induk yang dipilih dikawinkan dengan pejantan yang tersedia di kandang litter.
4 Telur yang dihasilkan ditetaskan dengan mengambil 10% telur dari induk yang terseleksi.

5

Hasil tetasnya dipelihara dan diamati pertumbuhannya, konsumsi pakan, konversi pakan, pertumbuhan dan warna bulu sampai produksinya diamati untuk mendapatkan generasi kedua ayam yang terseleksi.

6

Untuk menekan biaya produksi pakan maka diberikan pakan alternatif dengan komponen bahan baku lokal, yang murah, mudah didapat dengan ketersediaannya yang kontinyu dan mengandung semua unsur nutrisi yang diperlukan ternak (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1. Formulasi Pakan Alternatif Dengan Penggunaan Bahan Baku Lokal

No.
Komponen ransum
Prosentase (%)
1. Jagung giling 54
2. Bekatul 16
3. Konsentrat 8
4. Cangkang udang 16
5. Kulit kakao 5
6. Premix 1

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Formulasi Pakan Alternatif
No. Uraian Kandungan nutrisi (%)
1. Protein kasar 17,64
2. Lemak kasar 3,88
3. Serat kasar 6,49
4. Ca 1,59
5. P 0,47

D. Cara penggunaan inovasi

Ayam hasil seleksi ini akan dilepas ke masyarakat jika telah memenuhi standar mutu genetik yang telah ditetapkan dengan jumlah populasi yang memadai. Pemeliharaan ayam seleksi ini harus diikuti dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan pakan yang tepat dengan memanfaatkan sumber bahan baku lokal. Dengan menggunakan pakan alternatif (Tabel 5.) petani peternak dapat menekan biaya produksi dan tidak tergantung pada pakan komersial yang saat ini harganya sangat fluktuatif (cenderung selalu meningkat). Kedepannya pemeliharan ayam Nunukan hasil seleksi ini harus lebih banyak melibatkan masyarakat pedesaan karena mereka yang terbiasa memelihara ayam buras. Untuk menjaga agar usaha pengembangan ayam Nunukan ini terus berlanjut maka perlu adanya pembentukan kelompok-kelompok usaha ayam Nunukan di suatu kawasan. Kelompok-kelompok tersebut merupakan suatu rantai usaha budidaya. Usaha-usaha tersebut diantaranya adalah: usaha memproduksi telur tetas, telur komersial usaha penetasan, usaha pembesaran.



E. Informasi Lain yang Perlu Ditonjolkan

Tabel 3. Perbandingan Ayam Merawang dan Ayam Nunukan

Uraian
Ayam Merawang
Ayam Nunukan
Berat telur (gr) 38 – 45 44 – 47
Produksi telur (%) 35 36 40 – 60
Warna telur Putih/Coklat Muda Putih/putih kecoklatan
Umur bertelur pertama (hari) 160 - 175
150 -160
Berat badan bertelur pertama (kg) 1,25 – 1,7
1 – 1,5 kg
Konsumsi pakan layer (gr/hari) 90
91.9
Konversi pakan
4,11
3.01 – 3.5
Catatan : * Sumber : Data primer
** Sumber : BPTU Sumbawa

Tabel 4. Perhitungan analisis ekonomi sebelum dan setelah dilakukan seleksi

Parameter
Volume
Harga
Jumlah
Sebelum seleksi
  • Pengeluaran
- Pakan
- Penyusutan kandang
- Tenaga kerja
- Obat-obatan
Jumlah
  • Penerimaan (Penjualan telur)
  • Pendapatan (Penerimaan – pengeluaran)
  • R/C


8.063,21

1 orang
1 ekor

38,11 butir



3.500
2.000
600
500

1.000



28.221
2.000
600
500
31.321
38.110
6.789
1,45
Setelah seleksi
  • Pengeluaran
- Pakan
- Penyusutan kandang
- Tenaga kerja
- Obat-obatan
Jumlah
  • Penerimaan (Penjualan telur)
  • Pendapatan (Penerimaan – pengeluaran)
  • R/C

8.046,05

1 orang
1 ekor

58,22 butir



3.500
2.000
600
500

1.000

28.161
2.000
600
500
31.261
58.220
26.959
1,86

Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam Nunukan dengan penggunaan pakan alternatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemeliharaan ayam buras.

Tabel 5. perhitungan Analisis Ekonomi Ayam Nunukan dan Buras.
Parameter Volume Harga Jumlah
Ayam nunukan


  • Pengeluaran



- DOC 1 ekor 3.500 35.000
- Pakan 3,86532 3.355 12.968,16
- Penyusutan kandang
500 500
- Tenaga kerja 1 orang 300 300
- Obat-obatan 1 ekor 250 250
Jumlah


17.518,16
  • Penerimaan (Penjualan telur)
0,801 kg 35.000 28.035,7
  • Pendapatan (Penerimaan – pengeluaran)


10.157,54
  • R/C


1,67
Ayam Buras


  • Pengeluaran



- DOC 1 ekor 3.500 3.500
- Pakan 4,08247 3.355 13.696,67
- Penyusutan kandang
500 500
- Tenaga kerja 1 orang 300 300
- Obat-obatan 1 ekor 250 250
Jumlah

18.246,67
  • Penerimaan (Penjualan telur)
0,6093 kg 35.000 21.325,5
  • Pendapatan (Penerimaan – pengeluaran)


3.078,83
  • R/C


1,17

AYAM NUNUKAN yang dwiguna

Oleh : Asbudi Salam

Diantara sekian banyak sumberdaya alam di Nunukan maka Ayam Nunukan dapat dikatakan salah satu diantaranya. Jenis ayam buras yang di kembangkan di Nunukan ini merupakan jenis ayam yang berasal dari Tawau, Malaysia. Ayam Nunukan adalah ras ayam lokal, yang dikenal di Nunukan, Tarakan, dan Tawau. Ciri khas ayam ini adalah bulu utama (pluma) sayap dan ekor tidak/lambat berkembang, sehingga tampak tidak berekor. Ciri lainnya yang dominan warna bulu coklat kemerahan dengan bagian ujung hitam (tipe Columbian). Warna sisik ceker (kaki) kuning atau putih. Ayam Nunukan baik untuk pedaging dan petelur, produksi telur rata – rata lebih tinggi dari pada ayam buras biasa. Meskipun berdasarkan cerita ayam ini didatangkan oleh imigran dari Tiongkok Selatan, ayam Nunukan secara genetik memiliki kemiripan dengan ras Rhode Island Red, ayam ras yang dikembangkan di Amerika Serikat.

Kekhasan ayam Nunukan terutama nampak pada ayam jantannya. Ayam Nunukan jantan mempunyai sosok yang besar, tegap, tetapi terlihat kurang gagah karena bulu sayapnya dan ekornya tidak tumbuh sempurna. Bulu ekornya kelihatan pendek sehingga tampak seperti terpotong. Berbeda dengan yang jantan, bulu sayap dan ekor ayam Nunukan betina tumbuh sempurna. Warna bulunya kuning agak kecoklatan atau kombinasi dari warna – warna tersebut. Berat badan ayam jantan dewasa bisa mencapai 4 kg, dan betina dewasanya 1,9 kg. Untuk petelur biasanya dipilih ayam betina yang berbulu ekor panjang karena daya bertelurnya lebih tinggi. Umur pertama bertelur kurang dari 5 bulan. Produksi telur rata - rata per tahun sekitar 130 – 150 butir dengan berat 47,5 gram per butir.

Ayam Nunukan merupakan salah satu sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang umumnya masih bersifat tradisional, menyebabkan ayam ini mengalami penurunan produktivitas dan mutu genetik karena bercampur dengan ayam buras lainnya. Pada saat ini pemanfaatan sumberdaya genetik ayam Nunukan sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk memperoleh ayam buras unggul yang adaptif, produktif dan sifat unggul lain. Sebagaimana diketahui bahwa produktivitas ayam sangat ditentukan oleh kualitas genetik, pakan dan lingkungan.

Oleh sebab itu, salah satu cara awal untuk meningkatan mutu genetik ayam Nunukan saat ini yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan yang bekerjasama dengan BPTP Sempaja adalah dengan cara penerapan program seleksi dan hibridisasi. Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen – gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen – gen yang tidak diinginkan. Tujuannya agar kedepan hasil seleksi ini diharapkan dapat dipergunakan untuk mendapatkan ayam buras strain baru, mempunyai sifat – sifat unggul yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, baik untuk ayam buras penghasil telur maupun penghasil daging. Selain masalah mutu genetik, masalah pakan juga memegang peranan dalam peningkatan produktivitas ternak. Biaya terbesar terletak pada pakan yang mencapai 80 persen dari semua input produksi. Oleh karena itu maka perlu dilakukan usaha - usaha memanfaatkan pakan lokal sebagai pakan alternatif.

Hingga saat ini berbagai upaya dilakukan oleh Dispertanak Nunukan untuk mempertahankan eksistensi ayam Nunukan telah dilaksanakan, diantaranya adalah meningkatkan produktivitas sebagaimana tersebut diatas. Usaha – usaha peningkatan tersebut diharapkan akan memberikan hasil yang signifikan jika didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik.

Drh. Rais Kahar, Kasi Kesehatan Ternak pada Dispertanak Nunukan, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah telah menganggarkan penjagaan plasma nutfah ayam Nunukan agar tidak punah, diantaranya menjaga kesehatan ayam Nunukan dengan kontrol secara berkala. Sebagaimana penyakit ayam pada umumnya, ayam Nunukan juga mudah terserang snot, ND, pullorum dan cholera. Tingkat penjagaan terhadap plasma nutfah ini semakin diperketat seiring dengan merebaknya wabah flu burung, yang dikhawatirkan akan memusnahkan populasi ternak ini.

Pembudidayaan/pengembangan ayam Nunukan yang dilaksanakan oleh Dispertanak Nunukan dimulai sejak tahun 2004, dimana sumber plasma nutfahnya diperoleh dari galur murni di Tarakan dan masyarakat Nunukan sendiri. Dari hasil pembudidayaan ini, berhasil dikembangkan menjadi 500 ekor pada tahun 2008 dan telah didistribusi ke masyarakat. Di tahun 2011 ayam Nunukan kembali di kembangbiakkan dan telah diperoleh indukan 120 ekor.

Seperti ayam buras pada umumnya, ayam Nunukan mengerami telurnya selama 21 hari, namun karena sifat mengeramnya yang kurang maka tingkat keberhasilan penetasan melalui indukannya seringkali kurang berhasil. Untuk mengantisipasi hal ini maka penetasan dilakukan melalui mesin penetas atau induk ayam buras biasa. Dari penetasan dengan mesin maka diperoleh hasil 80 – 100 persen, sedangkan dengan cara penitipan kepada induk ayam buras biasa maka diperoleh hasil tetasan sekitar 100 persen. Hingga saat ini Dispertanak masih melakukan kajian/penelitian mengenai ayam Nunukan ini. Diantaranya adalah guna mengoptimalkan pembudidayaan ayam Nunukan, maka dilakukan relokasi dan sterilisasi ayam Nunukan. Tujuannya agar plasma nutfah genetik ayam ini tetap terjaga dan tidak terjadi perkawinan silang dengan ayam buras lainnya.

Menilik karakter fisik dan fisiologi ayam Nunukan yang berpeluang menjadi plasma nutfah unggulan Kalimantan Timur, maka beberapa langkah telah dilakukan Dispertanak Nunukan untuk menyelamatkan spesies ini, diantaranya : upaya pemurnian galur agar strain ayam Nunukan tetap bisa dipertahankan dan pengurusan sertifikasi atas pengakuan plasma nutfah ayam Nunukan yang berbasis kepada sumberdaya lokal.

Posted by

Ayam nunukan dari Wikipedia Bahasa Indonesia

Ayam nunukan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ayam nunukan
adalah ras ayam lokal yang dikenal di daerah Nunukan, Tarakan, dan Tawau. Ciri khas ayam ini adalah bulu utama (pluma) sayap dan ekor tidak berkembang atau lambat berkembang, sehingga tampak tidak berekor. Ciri lainnya yang dominan adalah warna bulu yang coklat kemerahan dengan bagian ujung hitam (tipe Columbian). Warna sisik ceker (kaki) kuning atau putih.

Ayam nunukan baik untuk pedaging dan petelur. Produksi telur rata-rata lebih tinggi daripada ayam kampung.

Walaupun berdasarkan cerita ayam ini didatangkan oleh imigran dari Tiongkok selatan, ayam nunukan secara genetik memiliki kemiripan dengan ras Rhode Island Red, ayam ras yang dikembangkan di Amerika Serikat.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam_nunukan

Jamu untuk Ayam Buras






Jamu untuk Ayam Buras

Oleh Andi Saenab

Ayam buras merupakan salah satu komoditas unggulan untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Pemeliharaannya mudah dan dapat dibudidayakan di lahan sempit.

Pada umumnya sistem pemeliharaan ayam buras di DKI Jakarta dilakukan secara intensif dengan dikandangkan secara terus-menerus. Sistem pemeliharaan ini akan meningaktkan resiko terjadinya wabah penyakit bila sanitasi lingkungan kurang baik dan tidak ada upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam buras tersebut. Tanaman obat tradisional Indonesia sangat potensial digunakan sebagaibahan pakan tambahan (feed suplement). Untuk memudahkan penggunaannnya, tanaman obat tersebut diramu menjadi jamu yang dapat dicampurkan pada air minum ayam buras.
Penggunaan jamu ayam buras ini tidak memerlukan persyaratan spesifik sehingga mudah diterapkan dan jamu dapat dibuat sendiri atau dilakukan bersama dengan kelompoktaninya.

Keunggulan pemberian jamu pada ayam buras dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mengurangi resiko kematian karena serangan penyakit. Keunggulan lain adalah meningkatnya bobot badan serta performance (warna dan aroma) yang lebih baik. Cara pemberiannya mudah, hanya dicampurkan ke dalam air minum.

Komposisi jamu ayam buras terdiri dari 1 kg kencur, 1 kg bawang putih, 0,5 kg jahe, 0,5 kg lengkuas, 0,5 kg kunyit, 0,5 kg temulawak, 0,25 kg daun sirih dan 0,5 kg kulit kayu manis. Semua bahan tersebut dihancurkan/diblender kemudian disaring dan disimpan dalam drum plastik berukuran 50 liter, ditambah molasses/tetes tebu dan larutan probiotik (M-Bio) masing-masing sebanyak 1 liter, lalu diencerkan dengan air bersih sampai campuran tersebut berjumlah 40 liter.

Kemudian drum ditutup rapat dan difermentasi selama 6 hari, namun tutup drum selalu dibuka setiap hari selama lebih kurang 5 menit untuk mengaduk bahan yang sedang difermentasikan. Setelah proses fermentasi selama 6 hari, jamu tersebut siap digunakan.

Jamu diberikan pada ayam dengan cara dicampur dengan air minum. Dosis pemberian sebanyak 90 ml/L air minum dan diberikan setiap 7 hari sekali. Walaupun sudah diberi jamu, program vaksinasi tetap dilakukan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan bobot badan lebih baik (karkas ayam tertinggi yaitu 68,8%), tingkat kematian lebih rendah (morbiditas 0-2 % vs kontrol 8.7 %), jumlah ayam sakit lebih sedikit, penampakan/bentuk serta warna dan aroma karkasnya lebih disukai konsumen, biaya pemeliharaan lebih murah, serta mempunyai nilai jual lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Disamping itu pemberian jamu pada ayam buras dapat mengurangi bau kotoran, sehingga mengurangi pencemaran bau di lingkungan sekitarnya.

Sumber: http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=28:jamu-untuk-ayam-buras&catid=14:benih&Itemid=43


Foto foto Ayam Nunukan di Sei Fatimah (3)





Foto foto Ayam Nunukan di Sei Fatimah (2)





Foto foto Ayam Nunukan di Sei Fatimah





Profil Ayam Nunukan

AYAM NUNUKAN

Ayam Nunukan adalah salah satu jenis ayam buras Indonesia yang memiliki keunggulan genetic potensial sebagai ayam tipe dwiguna. Ia memiliki prestasi bertelur yang bagus (120-160 butir/tahun), bobot badan dewasa (2,5 – 3,5 kg) dan pertumbuhan badan relative 1,1 – 1,2 kg pada umur 4 bulan. Prestasi genetic tersebut sangat menguntungkan untuk dikembangkan dengan pendekatan agribisnis. Inilah unggas spesifik local potensial dari Nunukan, Kalimantan Timur.

ASAL USUL

Sebenarnya ayam ini adalah ayam buras dari Cina yang diperkirakan masuk ke wilayah Kabupaten Nunukan sekitar tahun 1922. Ayam ini diyakini oleh para imigran Cina yang masuk melalui Tawau, Sabah Malaysia. Pada mulanya ayam ini adalah ayam besar yang dapat mencapai bobot 4,2 kg pada jantan dewasa dan 1,9 kg pada betina dewasa. Setelah melalui proses adaptasi terhadap lingkungan tropis, menjadikannya cocok untuk keadaan klimat yang panas dan lembab di Nunukan, sehingga menyandang nama Ayam Nunukan seperti sekarang.

CIRI-CIRI DAN KEUNGGULAN GENETIK

Ciri khas Ayam Nunukan adalah pertumbuhan bulu yang lambat. Ia masih mempertahankan bulu kapas pada umur 2 bulan, tetapi betina memiliki pertumbuhan bulu lebih cepat dari pada jantan. Beberapa dengan ayam buras lainnya, Ayam Nunukan memiliki bulu yang seragam.

Pada jantan didominasi selang seling antara kuning keemasan dan coklat kemerahan. Warna hitam muncul pada bulu primer ekor dan pada ujung sampai dengan tengah sayap. Pada betina warna bulu didominasi kuning kecoklatan dan warna hitam pada ekor, sehingga seolah-olah tidak berekor.

Ayam Nunukan mempunyai pertumbuhan 20-30 % lebih cepat dibandingkan ayam buras local lain yang relative lebih tinggi. Berikut ini prestasi Ayam Nunukan dibandingkan ayam buras local lainnya.

Prestasi Genetik

Ayam Nunukan

Ayam Buras Lain

1. Bobot Badan (kg/ekor)

· Jantan Dewasa

· Betina Dewasa

· Umur 4 Bulan

2. Produksi Telur (butir/tahun)

3. Berat Telur (gr/butir)

4. Berat DOC (gr/butir)

5. Umur Awal Bertelur (bln)

6. Keseragaman Bulu

2,5 – 3,5

2,0 – 2,5

1,1 - 1,2

120 – 160

45 – 55

38 – 40

5,5 – 6

Seragam

2,0 – 2,5

1,4 – 1,8

0,5 – 0,9

115 – 124

42 – 45

35 – 38

5,5 – 6,5

Tidak seragam

Sebagaimana jenis ayam buras lainnya, Ayam Nunukan toleran terhadap pemeliharaan sederhana. Asal kebutuhan pakan dipenuhi, ayam ini dapat tumbuh secara normal.

Pada pemeliharaan intensif, Kandang perlu dibuat secara khusus menurut perbedaan umurnya. Untuk DOC sampai umur 2 bulan diperlukan kandang boks dengan penerangan cukup dan suhu 38-40­oC dengan ukuran 25 ekor/m2. Untuk grower (masa tumbuh) sebaiknya berbentuk kandang postal (lantai) dengan dasar kandang berupa pqasir halus dan kerikil, berukuran 10 ekor/m2. Pada kandang layer (5-6 ekor/m2) perlu dilengkapi tenggeran dan tempat bertelur. Persyaratan umum kandang adalah bersih dan mudah dibersihkan, kering, cukup sinar matahari dan sirkulasi udaranya lancar.

Pakan untuk Ayam Nunukan adalah : pada umur starter (sampai umur 2 bulan) membutuhkan 40 – 50 gr/ekor/hari dan grower (3-6 bulan) 60 – 70 gr/ekor/hari dengan kandungan protein 18-20% dan energy metabolis (EM) 2400 kkal. Untuk dewasa (lebih dari 6 bulan) diperlukan 80-90 g/ekor/hari dengan protein 16,5% dan energy EM 2600 kkal dengan tambahan grit untuk memenuhi kebutuhan kalsiumnya.

Pada dasarnya sebagai ayam buras, Ayam Nunukan relative tahan terhadap serangan penyakit, terutama pada pemeliharaan ekstensif (tradisional). Tetapi pada masa panca roba (perubahan musim) beberapa penyakit biasa menyerang seperti ND (tetelo), snot (pilek) dan pullorum (berak kapur) yang dapat mengakibatkan kematian massal. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit sebaiknya dilakukan untuk pencegahannya. Juga menyemprotkan kandang dengan desinfektan. Ada baiknya secara berkala di vaksin ND setip 3 bulan.


Sumber : Dipertanak Nunukan

PENINGKATAN PRODUKSI TELUR AYAM NUNUKAN

PENINGKATAN PRODUKSI TELUR AYAM NUNUKAN


Kesesuaian inovasi/Karakteristik lokasi

Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan masih bersifat tradisional menyebabkan ayam ini mengalami penurunan produktivitas dan mutu genetik karena bercampur dengan ayam buras lainnya.

Pada saai ini pemanfaatan sumber daya genetik ayam nunukan sangat penting untuk dilakukan karena bertujuan untuk memperoleh ayam buras unggul yang adaptif, produktif dan sifat-sifat unggul lain. Produktivitas ayam banyak ditentukan kualitas genetik, pakan dan lingkungan. Salah satu cara awal untuk meningkatan mutu genetik ayam nunukan saat ini adalah dengan cara penerapan program seleksi dan hibridisasi.

Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Kedepan hasil seleksi ini diharapkan dapat dipergunakan untuk mendapatkan ayam buras jenis baru yang mempunyai sifat-sifat unggul yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, baik sebagai ayam buras penghasil telur maupun penghasil daging.

Selain masalah mutu genetik, masalah pakan memegang peranan dalam peningkatan produktivitas ternak. Biaya terbesar terletak pada pakan yang mencapai 80 % dari semua input produksi. Oleh karena hal tersebut maka perlu adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan bahan baku pakan lokal sebagai pakan alternatif. Usaha-usaha peningkatan produktivitas tersebut akan memberikan hasil yang nyata jika didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik.


Keunggulan /Nilai Tambah Inovasi

- Meningkatkan produktivitas ayam seperti produksi telur, berat telur, efisiensi penggunaan pakan.

- Tingkat keseragaman ayam meningkat baik dari sisi produksi maupun performan

- Secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan sebelum dilakukan seleksi.

- Menekan biaya produksi dengan penggunaan pakan alternatif dengan bahan baku pakan lokal

Uraian Inovasi

1. Ayam Nunukan yang menjelang bertelur diseleksi dengan pengetahuan lokal yang telah berkembang di kalangan masyarakat, seperti jarak antara dua tulang tulang pubis dan jarak dari ujung tulang dada dengan tulang pubis ternyata secara ilmiah dapat dibuktikan dengan adanya nilai korelasi yang tinggi dengan produktivitas ternak ayam buras.

Ternak Ayam Nunukan yang telah memasuki periode bertelur diseleksi dengan berpedoman pada 10 parameter bagian tubuh ayam yaitu :

1) kaki kecil dan pendek,

2) tulang pubis lebih dari dua jari,

3) tubuh elastis,

4) ekor mengipas, dibagian tunggir tumbuh bulu yang merata,

5) punggung rata dari mulai ujung leher sampai kloaka,

6) Paruh pendek dan kecil,

7) mata cerah,

8) pial merah,

9) jarak capit udang berkisar 4 jari,

10) bulu mengkilat.

2. Ayam betina ditempatkan dalam kandang bateray secara individual untuk mempermudah pengamatan produksi telurnya selama 3 bulan. Pengamatan meliputi konsumsi pakan, produksi telur, berat telur, konversi pakan.

3. Selanjutnya diambil 25 % dari jumlah induk yang dipelihara yang mempunyai produksi telur tinggi. Induk yang dipilih dikawinkan dengan pejantan yang tersedia di kandang litter.

4. Telur yang dihasilkan ditetaskan dengan mengambil 10% telur dari induk yang terseleksi.

5. Hasil tetasnya dipelihara dan diamati pertumbuhannya, konsumsi pakan, konversi pakan, pertumbuhan dan warna bulu sampai produksinya diamati untuk mendapatkan generasi kedua ayam yang terseleksi.

6. Untuk menekan biaya produksi pakan maka diberikan pakan alternatif dengan komponen bahan baku lokal, yang murah, mudah didapat dengan ketersediaannya yang kontinyu dan mengandung semua unsur nutrisi yang diperlukan ternak (Tabel 1 dan 2).


Tabel 1. Formulasi Pakan Alternatif Dengan Penggunaan Bahan Baku Lokal

No. Komponen ransum Prosentase (%)

1. Jagung giling 54

2. Bekatul 16

3. Konsentrat 8

4. Cangkang udang 16

5. Kulit kakao 5

6. Premix 1

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Formulasi Pakan Alternatif

No. Uraian Kandungan nutrisi (%)

1. Protein kasar 17,64

2. Lemak kasar 3,88

3. Serat kasar 6,49

4. Ca 1,59

5. P 0,47

Cara penggunaan inovasi

Ayam hasil seleksi ini akan dilepas ke masyarakat jika telah memenuhi standar mutu genetik yang telah ditetapkan dengan jumlah populasi yang memadai. Pemeliharaan ayam seleksi ini harus diikuti dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan pakan yang tepat dengan memanfaatkan sumber bahan baku lokal. Dengan menggunakan pakan alternatif (Tabel 5.) petani peternak dapat menekan biaya produksi dan tidak tergantung pada pakan komersial yang saat ini harganya sangat fluktuatif (cenderung selalu meningkat).

Kedepannya pemeliharan Ayam Nunukan hasil seleksi ini harus lebih banyak melibatkan masyarakat pedesaan karena mereka yang terbiasa memelihara ayam buras. Untuk menjaga agar usaha pengembangan Ayam Nunukan ini terus berlanjut maka perlu adanya pembentukan kelompok-kelompok usaha Ayam Nunukan di suatu kawasan. Kelompok-kelompok tersebut merupakan suatu rantai usaha budidaya. Usaha-usaha tersebut diantaranya adalah: usaha memproduksi telur tetas, telur komersial usaha penetasan, usaha pembesaran.


Informasi Lain yang Perlu Ditonjolkan

Tabel 3. Perbandingan Ayam Merawang dan Ayam Nunukan

Uraian Ayam Merawang Ayam Nunukan

Berat telur (gr) 38 – 45 44 – 47

Produksi telur (%) 35 36 40 – 60

Warna telur Putih/Coklat Muda Putih/putih kecoklatan

Umur bertelur pertama (hari) 160 - 175 150 -160

Berat badan bertelur pertama (kg) 1,25 – 1,7 1 – 1,5 kg

Konsumsi pakan layer (gr/hari) 90 91.9

Konversi pakan 4,11 3.01 – 3.5


Sumber :