Oleh : Asbudi Salam
Diantara  sekian banyak sumberdaya alam di Nunukan maka Ayam Nunukan dapat  dikatakan salah satu diantaranya. Jenis ayam  buras yang di kembangkan  di Nunukan ini merupakan jenis ayam yang berasal dari Tawau, Malaysia.  Ayam Nunukan adalah ras ayam lokal, yang dikenal di Nunukan, Tarakan,  dan Tawau. Ciri khas ayam ini adalah bulu utama (pluma)  sayap dan ekor tidak/lambat berkembang, sehingga tampak tidak berekor.  Ciri lainnya yang dominan warna bulu coklat kemerahan dengan bagian  ujung hitam (tipe Columbian). Warna sisik ceker (kaki) kuning atau  putih. Ayam Nunukan baik untuk pedaging dan petelur, produksi telur rata  – rata lebih tinggi dari pada ayam buras biasa. Meskipun berdasarkan  cerita ayam ini didatangkan oleh imigran dari Tiongkok Selatan, ayam  Nunukan secara genetik memiliki kemiripan dengan ras Rhode Island Red, ayam ras yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Kekhasan  ayam Nunukan terutama nampak pada ayam jantannya. Ayam Nunukan jantan  mempunyai sosok yang besar, tegap, tetapi terlihat kurang gagah karena  bulu sayapnya dan ekornya tidak tumbuh sempurna. Bulu ekornya kelihatan  pendek sehingga tampak seperti terpotong. Berbeda dengan yang jantan,  bulu sayap dan ekor ayam Nunukan betina tumbuh sempurna. Warna bulunya  kuning agak kecoklatan atau kombinasi dari warna – warna tersebut. Berat  badan ayam jantan dewasa bisa mencapai 4 kg, dan betina dewasanya 1,9  kg. Untuk petelur biasanya dipilih ayam betina yang berbulu ekor panjang  karena daya bertelurnya lebih tinggi. Umur pertama bertelur kurang dari  5 bulan. Produksi telur rata - rata per tahun sekitar 130 – 150 butir  dengan berat 47,5 gram per butir.
Ayam Nunukan merupakan salah satu  sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya  sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang umumnya  masih bersifat tradisional, menyebabkan ayam ini mengalami penurunan  produktivitas dan mutu genetik karena bercampur dengan ayam buras  lainnya. Pada saat ini pemanfaatan sumberdaya genetik ayam Nunukan  sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk memperoleh ayam buras  unggul yang adaptif, produktif dan sifat unggul lain. Sebagaimana  diketahui bahwa produktivitas ayam sangat ditentukan oleh kualitas  genetik, pakan dan lingkungan.
Oleh sebab itu, salah satu cara awal  untuk meningkatan mutu genetik ayam Nunukan saat ini yang dilakukan oleh  Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan yang  bekerjasama dengan BPTP Sempaja adalah dengan cara penerapan program  seleksi dan hibridisasi. Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen – gen  yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen – gen yang tidak  diinginkan. Tujuannya agar kedepan hasil seleksi ini diharapkan dapat  dipergunakan untuk mendapatkan ayam buras strain baru, mempunyai sifat –  sifat unggul yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, baik untuk ayam  buras penghasil telur maupun penghasil daging. Selain masalah mutu  genetik, masalah pakan juga memegang peranan dalam peningkatan  produktivitas ternak. Biaya terbesar terletak pada pakan yang mencapai  80 persen dari semua input produksi. Oleh karena itu maka perlu  dilakukan usaha - usaha memanfaatkan pakan lokal sebagai pakan  alternatif.
Hingga saat ini berbagai upaya dilakukan oleh  Dispertanak Nunukan untuk mempertahankan eksistensi ayam Nunukan telah  dilaksanakan, diantaranya adalah  meningkatkan produktivitas sebagaimana  tersebut diatas. Usaha – usaha peningkatan tersebut diharapkan akan  memberikan hasil yang signifikan jika didukung oleh manajemen  pemeliharaan yang baik.
Drh. Rais Kahar, Kasi Kesehatan Ternak pada  Dispertanak Nunukan, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah telah  menganggarkan penjagaan plasma nutfah ayam Nunukan agar tidak punah,  diantaranya menjaga kesehatan ayam Nunukan dengan kontrol secara  berkala. Sebagaimana penyakit ayam pada umumnya, ayam Nunukan juga mudah  terserang snot, ND, pullorum dan cholera. Tingkat penjagaan terhadap  plasma nutfah ini semakin diperketat seiring dengan merebaknya wabah flu  burung, yang dikhawatirkan akan memusnahkan populasi ternak ini.
Pembudidayaan/pengembangan  ayam Nunukan yang dilaksanakan oleh Dispertanak Nunukan dimulai sejak  tahun 2004, dimana sumber plasma nutfahnya diperoleh dari galur murni di  Tarakan dan masyarakat Nunukan sendiri. Dari hasil pembudidayaan ini,  berhasil dikembangkan menjadi 500 ekor pada tahun 2008 dan telah  didistribusi ke masyarakat. Di tahun 2011 ayam Nunukan kembali di  kembangbiakkan dan telah diperoleh indukan 120 ekor.
Seperti ayam buras  pada umumnya, ayam Nunukan mengerami telurnya selama 21 hari, namun  karena sifat mengeramnya yang kurang maka tingkat keberhasilan penetasan  melalui indukannya seringkali kurang berhasil. Untuk mengantisipasi hal  ini maka penetasan dilakukan melalui mesin penetas atau induk ayam  buras biasa. Dari penetasan dengan mesin maka diperoleh hasil 80 – 100  persen, sedangkan dengan cara penitipan kepada induk ayam buras biasa  maka diperoleh hasil tetasan sekitar 100 persen. Hingga saat ini  Dispertanak masih melakukan kajian/penelitian mengenai ayam Nunukan ini.  Diantaranya adalah guna mengoptimalkan pembudidayaan ayam Nunukan, maka  dilakukan relokasi dan sterilisasi ayam Nunukan. Tujuannya agar plasma  nutfah genetik ayam ini tetap terjaga dan tidak terjadi perkawinan  silang dengan ayam buras lainnya.
Menilik karakter fisik dan  fisiologi ayam Nunukan yang berpeluang menjadi plasma nutfah unggulan  Kalimantan Timur, maka beberapa langkah telah dilakukan Dispertanak  Nunukan untuk menyelamatkan spesies ini, diantaranya : upaya pemurnian  galur agar strain ayam Nunukan tetap bisa dipertahankan dan pengurusan  sertifikasi atas pengakuan plasma nutfah ayam Nunukan yang berbasis  kepada sumberdaya lokal.